Rabu, 14 Oktober 2015

Analisis Perbandingan, Common Size, dan Trend (Analisis Laporan Keuangan)

Metode dan Teknik Analisis
Analisa-analisa laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari  hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi  serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Ada 2 metode  analisa :
      Analisa horizontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa perode  sehingga diketahui  perkembangannya.
      Analisa vertikal dimana  laporan keuangan yang dianalisis  hanya  meliputi satu  periode saja. Yaitu dengan membandingkan pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut sehingga hanya diketahui  keadaan keuangan  saat itu.
Teknik analisa
Untuk kali ini, kami akan memaparkan mengenai 3 teknik analisa laporan keuangan, yakni : teknik analisis perbandingan, common size, dan trend.

1. Analisis Perbandingan
Pengertian Analisis Perbandingan
Analisis Perbandingan adalah analisis laporan keuangan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi perkembangan keadaan keuangan perusahaan dengan cara membandingkan laporan keuangan antara dua periode atau lebih.
Contohnya :
PT  MAHARI FAEREL
NERACA
Periode 31 Desember  2012  dan 2013 (dalam jutaan)
Dari Neraca di atas dapat kita lihat bahwa nilai kas dan hutang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Dan ada juga beberapa akun yang mengalami peningkatan, seperti tanah, gedung, mesin, dan kendaraan. Ini menunjukan adanya indikasi pembayaran hutang, dan pembelian tanah, gedung, mesin, dan kendaraan yang menyebabkan adanya penurunan saldo hutang bank dan kas. Namun, jika dilihat lagi pada hutang jangka panjang, saldonya naik hingga 97%. Artinya, dalam perolehan aset - aset di atas tadi, dibiayai melalui pinjaman jangka panjang.

PT MAHARI FAEREL
Laporan Laba Rugi perbandingan
Periode 31 Desember  2012  dan 2013 (dalam jutaan)

Untuk laporan laba rugi hampir semua komponen mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Hanya biaya lain yang mengalami penurunan. Artinya, manajemen perusahaan belum dapat meminimalkan beban dengan baik, ini dapat dilihat dari kenaikan penjualan sebesar 20% dari tahun sebelumnya, namun persentase harga pokok penjualan justru naik lebih besar dari persentase penjualan yakni senilai 25%.

2. Analisis Common Size
Analisis common-size ialah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca). Laporan keuangan dalam persentase per-komponen (Common-size statement) menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya. Cara penyusunan laporan keuangan ini disebut teknik analisis common-size dan termasuk metode analisis vertikal.    
Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut:
1.  Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2.   Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.
Apabila Neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif (misalnya dua tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan komposisi, baik komposisi investasi maupun struktur modal.
Laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size percentage) dapat menggambarkan distribusi/alokasi setiap Rp 1,00 penjualan kepada masing-masing elemen biaya dan laba. Apabila disusun secara komparatif, dapat menggambarkan perubahan distribusi tersebut. Berikut laporan keuangan yang telah dianalisis dengan analisis common size.

PT MAHARI FAEREL DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN KOMPARATIF
Untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
(Dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan khusus)





ASET
31 Desember / December
% total dari
2014
2013
2014
2013
Aset Lancar




Kas dan setara kas
             950.000
              609.368
28
20
Piutang usaha
             472.275
              596.086
14
19
Persediaan
             546.977
              439.327
16
14
Beban dibayar dimuka
             142.247
              124.580
4
4
Aset lancar lainnya
             437.894
              381.078
13
12
      Total Aset Lancar
         2.549.393
          2.150.439
74
69
Aset Tidak Lancar




Aset tetap, bersih
             189.164
              187.889
6
6
Aset pajak tangguhan, bersih
               94.733
              158.145
3
5
Aset tidak lancar lainnya
             604.404
              618.730
18
20
      Total Aset Tidak Lancar
             888.301
              964.764
26
31





TOTAL ASET
         3.437.694
          3.115.203
100
100





LIABILITAS




Liabilitas Jangka Panjang Pendek




Pinjaman bank jangka Pendek
             281.472
              129.787
8
4
Utang Usaha
             589.169
              689.169
17
22
Utang pajak
             166.475
              148.816
5
5
Beban akrual
             294.763
              189.163
9
6
     Total Liabilitas Jangka Pendek
         1.331.879
          1.156.935
39
37
Liabilitas Jangka Panjang




Liabilitas imbalan kerja
             326.455
              386.301
11
12
Liabilitas pajak tangguhan, bersih
             122.445
              136.496
4
4
     Total Liabilitas Jangka Panjang
             448.900
              522.797
13
17





TOTAL LIABILITAS
         1.780.779
          1.679.732
52
54





EKUITAS




Modal saham
             762.044
              762.044
22
24
Agio saham
             153.700
              153.700
4
5
Selisih transaksi (pihak nonpengendali)
             (13.109)
              (13.109)
0
0
Saldo laba
518.907
380.614
15
12
Ekuitas (pemilik entitas induk)
         1.421.542
          1.283.249
41
41
Kepentingan nonpengendali
             235.373
              152.222
7
5
TOTAL EKUITAS
         1.656.915
          1.435.471
48
46





TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS
         3.437.694
          3.115.203
100
100






 Penjelasan:
Dalam analisis analisis common-size atau analisis vertical adalah teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat perbandingan antara suatu elemen (laporan keuangan) tertentu sebagai komponen dari elemen yang lain pada laporan keuangan yang sama. Informasi hasil analisis bermanfaat untuk menilai tepat tidaknya kebijakan  (operasi, investasi, dan pendanaan) yang diambil oleh perusahaan di masa lalu, serta kemungkinan pengaruhnya terhadap posisi dan kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
Dari laporan posisi keuangan diatas dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut : Dari sisi laporan posisi keuangan pada tahun 2014 komposisi aset lancar sebagian besar berupa persediaan 16% dari total aset. Hal itu mengindikasikan masih adanya kemungkinan bahwa perusahaan mengalami kesulitan dalam melakukan penjualan barang dagangan, tetapi pada tahun 2014 ini persentase piutang usaha terhadap total aset mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, ini didukung dengan akun kas dan setara kas yang meningkat dari tahun 2013.
Jika dilihat dasi segi liabilitas; hutang jangka pendek  mengalami penurunan baik utang usaha, utang pajak dan pinjaman bank jangka pendek. Hal ini diindikasikan bahwa perusahaan telah menjalankan usahanya tanpa adanya pinjaman dan juga kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Dalam hal hutang jangka panjang, liabilitas imbalan kerja dan liabilitas pajak tangguhan  mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yang berarti bahwa perusahaan juga memilki kemampuan dalam membayar gaji atau hak-hak karyawannya dan juga perusahaan telah melunasi kewajiban pajaknya kepada pemerintah dan kemungkinan perusahaan juga tidak menunda-nunda dalam pembayawan pajak. Dari segi ekuitas juga perusahaan mengalami peningkatan laba dari tahun sebelumnya sebesar 15%, hal ini diindikasikan kemapuan perusahaan dalam menjaga kestabilan produksinya berjalan dengan baik .

PT. MAHARI FAEREL DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KOMPARATIF
Untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)
AKUN/POS
2014
2013
2014
2013
$
$
%
%
PENJUALAN BERSIH
2.178.763
1.942.655
100,00%
100,00%
HARGA POKOK PENJUALAN
(1.534.561)
(1.595.072)
-70,43%
-82,11%
LABA KOTOR
644.202
347.583
29,57%
17,89%
Beban Penjualan
(140.817)
(145.950)
-6,46%
-7,51%
Beban Umum dan Administrasi
(26.209)
(30.902)
-1,20%
-1,59%
Beban Keuangan
(898)
(901)
-0,04%
-0,05%
Penghasilan Keuangan
8.847
7.271
0,41%
0,37%
Lain-lain, bersih
33.722
29.473
1,55%
1,52%
LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN
518.847
206.574
23,81%
10,63%
Beban Pajak Penghasilan
(61.812)
(90.464)
-2,84%
-4,66%
Laba Bersih yg Dapat Diatribusikan kpd Pemilik Perusahaan
457.035
116.110
20,98%
5,98%
Pendapatan Komprehensif Lainnya




Total Laba Komprehensif yg Dapat Diatribusikan kpd Pemilik Perusahaan (nilai penuh)
457.035
116.110
20,98%
5,98%










LABA BERSIH PER SAHAM DASAR
0,18
0,18








Penjelasan:
Dari perhitungan laba-rugi, tampak bahwa distribusi setiap Rp 1,00 penjualan kepada harga pokok penjualan misalnya mengalami penurunan, yang diikuti distribusi untuk biaya lainnya (beban penjualan, beban administrasi dan umum, dan beban keuangan), secara total mengalami penurunan juga dibandingkan tahun sebelumnya.

3. Analisis Trend
Pengertian Analisis Trend
Salah satu teknik dalam menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan adalah dengan menggunakan metode trend analisis.  Dimana menurut S. Munawir (2007:17) menjelaskan “Trend atau tendesi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun”. 
Dengan menggunakan teknik analisis tersebut akan diketahui perubahan mana yang cukup penting untuk dianalisa lebih lanjut. Teknik analisa tersebut hanya akan praktis bila digunakan untuk menganalisa dua atau tiga (periode) laporan keuangan, karena bila laporan keuangan yang diperbandingkan lebih dari tiga tahun akan ditemui kesulitan.
Cara yang terbaik untuk menganalisa laporan keuangan yang lebih dari tiga tahun tersebut adalah dengan menggunakan angka index, dan semua data laporan keuangan yang dianalisa dihubungkan dengan angka index tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Dengan menganalisa laporan keuangan untuk jangka waktu lebih dari tiga tahun akan diketahui kecenderungan atau arah atau trend dari posisi keuangan ataupun hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, apakah menunjukkan arah yang tetap, meningkat atau bahkan menurun.
Teknik analisis ini biasanya digunakan untuk menganalisis laporan keuangan yang meliputi minimal 3 periode atau lebih. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan perusahaan melalui tentang perjalanan waktu yang sudah lalu dan memprediksi situasi masa itu ke masa yang akan datang.
Selanjutnya menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2005:73) mendenifisikan, 
“Suatu analisis yang dilakukan dengan mengunakan data-data masa lalu perusahaan untuk tujuan komparasi, dengan melihat kecenderungan (trend) angka-angka ratio tertentu, dapat diperoleh gambaran apakah ratio-ratio tersebut cenderung naik, turun atau relatif konstan. Dari gambaran ini akan dapat dideteksi maslah-maslah yang sedang dihadapi oleh perusahaan dan dapat diobservasi baik buruknya pengelolaan perusahaan”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis trend atau tendensi merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu. Analisis ini dilakukan dari periode ke periode sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami perubahan yaitu naik, turun, ataupun menetap, serta seberapa besar perubahan tersebut yang dihitung dalam persentase.

Perhitungan Trend
Hasil perhitungan trend dapat ditunjukkan dalam bentuk persentase atau indeks.
Menurut S. Munawir (2007:52), ada beberapa langkah untuk melakukan analisis trend ini adalah sebagai berikut :

1.    Menentukan tahun dasar. Biasanya data atau laporan keuangan dari tahun yang paling awal dalam deretan laporan keuangan yang dianalisa tersebut dianggap sebagai tahun dasar (base year).
2.    Tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka index 100.
3.    Menghitung angka indeks tahun-tahun lainnya dengan menggunakan angka pos laporan keuangan tahun dasar sebagai penyebut.

Misleading dalam Analisis Kecenderungan (Trend)
Analisis ini penting untuk melihat hubungan angka persentase dalam trend dengan data absolut (jumlah rupiah) yang dipakai sebagai dasar perbandingan. Analisa dengan trend ratio akan dapat menunjukkan suatu pos itu mempunyai kecenderungan atau arah yang menurun, meningkat atau tetap serta menunjukkan apakah kecenderungan atau tendensi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.  S. Munawir (2007:56) didalam menggunakan teknik analisa trend dalam presentase ini harus diingat pula hubungan antara angka-angka dalam trend dengan data absolutnya, karena adanya beberapa kemungkinan sebagai berikut: 
1.    Tahun yang telah dipilih sebagai dasar mungkin tidak representative. 
2.    Suatu pos telah naik dari Rp 10 menjadi Rp 20, dan pos yang lain dan dari Rp 100.000 menjadi Rp 200.000. kedua pos ini dalam presentase telah naik dengan 100% meskipun dalam hal yang pertama kenaikan itu tidak penting artinya.
3.    Biasanya di dalam menganalisa suatu perubahan, maka perubahan dengan jumlah 100% mendapat perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan perubahan yang dalam persentase kecil misalnya hanya 10%, padahal dalam beberapa hal tertentu hal yang demiian tidaklah tepat.
4.    Trend dalam presentase menunjukkan tendensi yang tidak menguntungkan, padahal apabila dilihat dalam angka absolutnya tidaklah demikian. 
Oleh karena itu didalam menganalisa dengan menggunakan trend atau perubahan yang dinyatakan dalam persentase, perlu pula mempelajari perubahan perubahan yang terjadi dalam angka absolutnya atau jumlah rupiahnya serta tendensi-tendensi yang ada ataupun hubungan antara pos-pos yang ada.
Berikut adalah contoh laporan keuangan dengan menggunakan analisis Trend :


Penjelasan:
Berdasarkan analisis diatas dapat kita lihat bahwa tingkat pertumbuhan PT MAHARI FAEREL semakin lama semakin menurun. Tumbuh tidaknya suatu  perusahaan dapat dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin bertambah aset yang dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “tumbuh”. Sementara untuk PT MAHARI FAEREL terbukti bahwa semakin bertambah tahun malah semakin berkurang nilai aset nya, ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami penurunan. Dapat dilihat dari persentase total aset untuk tahun 2011 (sebagai tahun dasar) sebesar 100%, tahun 2012 sebesar 77%, tahun 2013 sebesar 64%, tahun 2014 sebesar 48%. Terbukti setiap tahun perusahaan mengalami penurunan nilai total aset, besar kemungkinan untuk tahun dimasa yang akan datang akan mengalami penurunan juga, ini berarti manajemen perusahaan tidak berkinerja secara baik dalam meningkatkan nilai aset.
Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periode nya. Terbukti bahwa PT MAHARI FAEREL juga tidak mampu menghasilkan laba yang konstan apalagi laba yang tinggi, justru setiap tahunnya perusahaan mendapatkan laba yang menurun dari tahun-tahun sebelumnya.


Penjelasan:
Di dalam laporan laba rugi, kita dapat melihat laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Nilai laba yang dihasilkan PT MAHARI FAEREL setiap tahunnya mengalami penurunan 11% ditahun 2012, 27% di tahun 2013 dan 44% ditahun 2014. Penurunan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh berkurangnya nilai penjualan setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan kurang baik (dari segi pemasarannya).  

Tulisan Ini Disusun Oleh :

8 komentar: